Cheongsam, juga dikenal sebagai qipao, adalah pakaian tradisional Tiongkok yang telah menjadi simbol keanggunan dan keunikan desain. Cheongsam adalah pakaian wanita Tionghoa yang dipakai saat Hari Imlek. Baju cheongsam berbentuk gaun panjang dengan motif yang beragam. Umumnya, cheongsam berwarna merah yang memiliki makna sebuah warna alami yang menyerupai api. Hal ini ditujukan sebagai simbol dan kemakmuran serta kebahagiaan bagi hidup mereka secara turun-temurun.
Berikut adalah sejarah cheongsam yang mencakup perjalanan panjangnya dari masa lalu hingga menjadi ikon mode di zaman modern.
- Dinasti Qing (1644-1912):
Awal mula cheongsam dapat ditelusuri kembali ke era Dinasti Qing. Pada awalnya, cheongsam adalah jubah panjang yang dikenakan oleh wanita Manchu selama Dinasti Qing (1644-1911) di Tiongkok. Gaun panjang itu dipotong menjadi satu bagian yang menjuntai lurus ke mata kaki. Ada celah di kedua sisi gaun itu, tetapi pakaian lain yang dikenakan di bawahnya membuat kakinya tidak terlihat.
Cheongsam pertama kali digunakan oleh sekelompok mahasiswi di Shanghai, China pada tahun 1912. Dalam upaya untuk kesetaraan gender, para siswi ini memakai cheongsam sebagai modifikasi dari jubah panjang pria. Cheongsam untuk siswi terbuat dari katun, memiliki desain polos dan longgar dengan lengan lonceng. Kemudian, gaya pakaian ini menarik minat wanita lain dan menjadi tren dalam berbusana.
- Perubahan Desain Selama Dinasti Qing:
Selama Dinasti Qing, cheongsam mengalami perubahan desain. Mulanya, cheongsam memiliki potongan yang lebih longgar dengan kerah rendah. Namun, seiring waktu, desainnya menjadi lebih ketat dan elegan.
- Era Republik Tiongkok (1912-1949):
Selama Era Republik Tiongkok, cheongsam mengalami evolusi lebih lanjut. Wanita mulai mengadopsi gaya pakaian yang lebih modern, dan cheongsam menjadi lebih ketat dengan potongan tubuh yang lebih menyatu.
- Shanghai sebagai Pusat Mode:
Pada tahun 1920-an dan 1930-an, Shanghai menjadi pusat mode dan hiburan di Tiongkok. Inilah masa keemasan cheongsam, dengan desain yang lebih ketat, kerah tinggi, dan potongan tubuh yang menonjol.
- Pengaruh Barat dan Perang Dunia II:
Selama Perang Tiongkok-Jepang (1937-1945) dan Perang Dunia II, kontak dengan budaya Barat membawa pengaruh baru pada desain cheongsam. Cheongsam menjadi lebih sederhana dan praktis.
- Era Komunis dan Konservatisme:
Setelah berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1949, cheongsam tetap hadir, tetapi lebih sering dipakai pada acara-acara resmi dan kegiatan tradisional. Pakaian ini mengalami periode konservatisme.
- Kehadiran di Layar Perak dan Dunia Mode:
Pada tahun 1960-an, cheongsam mendapatkan popularitas di dunia internasional melalui kemunculannya dalam film dan mode. Pakaian ini menjadi ikonik dan diidentifikasi dengan keanggunan dan daya tarik Tiongkok.
- Revival di Abad ke-21:
Abad ke-21 menyaksikan kebangkitan cheongsam dalam industri mode Tiongkok. Desainer lokal mencoba untuk menyatukan unsur tradisional dengan sentuhan modern, menciptakan versi cheongsam yang lebih sesuai dengan selera kontemporer.
Cheongsam, dengan desainnya yang khas dan sejarah yang beragam, terus menjadi pakaian yang dihormati dan dicintai. Dalam perjalanannya cheongsam telah mengalami transformasi yang mencerminkan dinamika perubahan budaya dan mode di Tiongkok.
Leave a Reply